Langsung ke konten utama

14:11 di 21 Mei Hari Itu

aku menulis bukannya untuk siapa-siapa
melainkan untuk diriku sendiri
ku kira, orang lain pun takkan mengerti
hanya secarik kertas dan pena warna hitam yang bersiap ku tumpahkan dengan isi hatiku
yang menjadi saksi bisu untuk segala rasa yang terkubur
atau bahkan waktu..

yang menyaksikanku,

menertawaiku dalam tiap detiknya yang terdengar di kesunyian


dibalutkan dengan gaun tidurku malam ini
serta selimut yang menghangatkanku dari dinginnya suasana yang tak bersahabat
seperti mengungkapkan betapa bekunya keadaan hatiku saat ini
dan juga ditemani lilin aroma therapy,
yang kunyalakan di dalam kegelapan yang menyelimutiku
yang kuharapkan seolah-olah ada secercah cahaya yang menyala dalam isi hatiku yang muram


apakah ada setidaknya 0,1% harapan untuk suatu hal yang mustahil?
berapakah persentasenya bahwa ia yang sudah pergi akan berniat untuk kembali?
ataukah aku harus meredam semua kegalauanku, ketakutan, amarah, kesedihan,
dan ku mengalah lagi?


betapa banyak lagi mimpi-mimpi yang seolah-olah hidup,
namun hanya terbaca samar dan palsu?


butuh waktu sangat singkat untuk mencintaimu sedalam ini.
tapi mengapa membutuhkan waktu lama untuk melupakan, mengubur impian serta janji manis yang pernah kita sumpahkan dahulu?






ternyata kenyataan memang dapat berubah dalam satu malam..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kado Natal Terindah

Teruntuk aku yang masih selalu lupa bersyukur. Hari ini kado natal terbaik sudah datang. Ya,  Tentunya yang terbaik hanyalah dari Tuhan. Aku selalu mengucap " there's always to be thankful for ". Kata-kata itu selalu menjadi kekuatan, namun sering kali tak ku terapkan. Sampai akhirnya pada hari ini kalimat itu nyata adanya. There's always to be thankful for Setelah 1 bulan harus melalui masa karantina, Tuhan sudah pulihkan aku dan keluarga. Aku percaya, Tuhan sudah jamah aku dari hari pertama. Melihat beberapa kenalan tak seberuntung aku, Aku bersyukur karena Tuhan masih beri kesempatan. Tuhan bisa memulihkan aku dan keluarga seperti semula, Sempurna adanya. Aku percaya Tuhan tidak pernah memberikanku cobaan. Aku percaya segala hal negatif yang terjadi dalam diriku bukan karena-Nya. Aku percaya manusialah yang berulah, dan disitulah mukjizat-Nya baru kita pinta. Sungguh naif ya? tetapi hari ini adalah bukti nyata. bahwa sejauh apa kita melangkah, sefana apa hidup kita

Malang, 21:45

Berjalan jauh menempuh jarak dengan waktu yang terus berjalan berharap ada beban yang ku ringankan Malam ini aku berbaring dalam sofaku berwarna cokelat tua sambil memutar-mutar lagu yang mendukung perasaanku dan memejamkan mata lagi... lagi-lagi yang terlihat adalah dirimu lagi-lagi yang terlintas adalah kamu sudah sejauh ini aku pergi tak bisakah dirimu dan sisa-sisa memori ku tinggalkan sejenak? sudah sejauh ini ku tinggalkan penat ku terdiam dan ku sadar bukan begini caranya menghibur hati

WAKTU

"aku lahir di tanggal yang tepat terdahulu, aku mati kemudian." waktu bagaikan sebuah buku penjadwal, dengan segala memo-memo penting di dalamnya. tertulis dengan indah, agar tak satu pun lah yang terlewatkan. waktu memberikan ku bukti bahwa dunia hanya sementara, dan menunjukkan betapa pentingnya setiap detiknya. waktu memberikan ku bukti bahwa dunia ini harus ku cinta, dan menunjukkan apa yang pantas ku cintai. waktu menunjukkan siapa kah yang setia, siapa juga yang pergi. waktu melahirkanku sebuah cinta, dan cinta mana yang dapat ku nikmati. Namun, waktu memulai pertemuan, dan berakhir perpisahan. mengapa tanpa alasan? mengapa aku bertemu tanpa alasan dan berpisah tanpa alasan? mengapa aku mencintai dia tanpa alasan dan tak bisa berhenti mencintainya pun tanpa alasan? aku bagaikan budak waktu. mencintaimu tanpa sebuah alasan dalam sebuah ruang waktu, dan ketika ku beranjak pergi dari zona waktu itu,  kau rajut k