Langsung ke konten utama

sebuah perumpamaan

kini ku bercerita kembali,
sebuah perumpamaan tentang seorang gadis kecil yang beranjak remaja.
ketika ia memijakkan kakinya pada lahan hijau yang basah sehabis hujan.
ketika kehidupan sesungguhnya akan ia jalani.
apakah ia harus bersenang atau bersedih?


suatu hari, adalah seorang gadis kecil yang hidupnya hampir tidak pernah beruntung.
dengan usianya yang masih belia, namun banyak kemalangan yang ia harus rasakan, yang ia harus lalui.
gadis kecil itu tidak tahu ke arah mana ia harus berjalan, 
kemana lagi ia harus melangkah,
seberapa jauh lagi jarak yang harus ditempuh.
namun, satu hal yang ia ketahui bahwa ia harus kuat.
meskipun hidup di dunia ini bagai hidup dalam sebuah kandang binatang buas yang siap menerkamnya kapan saja.
sampai hilang akal sehat,
dan kesepian yang makin terasa di setiap harinya.
manusia adalah makhluk adaptif.
"siapakah yang akan bertahan didekatku?" pikirnya.


suatu hari datanglah seorang pria.
ntah darimana pria itu berasal, namun yang gadis kecil itu tahu bahwa Tuhan memang sengaja dengan keberadaan pria itu dalam hidupnya.
hari demi hari semakin mengenalnya, ia adalah sosok yang baik.
sosok pria tersebut yang membangkitkan gadis kecil itu dari segala keterpurukan,
dari gadis yang pernah hampir terjatuh dalam sebuah lubang,
namun di saat yang tepat ada seseorang yang menangkapnya.


pria itu mengajaknya bermain layangan,
agar gadis kecil itu bisa berlari dengan gembira.
pria itu memberikan senyuman,
agar gadis kecil itu bisa membalas senyumnya.
pria itu memberikan perhatiannya,
agar gadis kecil itu merasa di dunia ini ada yang sayang padanya.


hingga gadis itu menyadari dan memastikan bahwa pria itu adalah satu-satunya harapan hidupnya.
pria itu adalah kunci yang membuka gerbang kebahagiaannya kembali setelah telah lama kunci itu hilang.
pria itu yang menguatkannya di saat ia merasa lemah.
pria itu yang kembali memberikan sinar pada cahaya yang sudah mulai meredup.
pria itu memang datang di saat yang sangat tepat.


dan suatu hari, gadis kecil itu bertemu dengan seorang wanita.
wanita tersebut terlihat sedih, murung, dan tak bergairah.
gadis kecil itu berpikir, "wanita ini perlu berbahagia sama sepertiku".
ya, cahaya kehidupannya sudah mulai meredup. seperti dirinya yang dulu.
akhirnya gadis kecil itu memutuskan untuk mengenalkan wanita itu pada pria yang selalu mengajaknya bermain.
berharap bahwa wanita ini bisa bermain kembali dan mengukir senyuman dalam menghadapi hidup.
hingga suatu saat, pria tersebut tidak bisa menemaninya bermain.
"tidak apa-apa", pikirnya. "wanita itu butuh sinar sepertiku. wanita itu perlu bahagia sama sepertiku".


semakin hari, pria tersebut sudah tidak datang lagi.
dengan alasan yang sama, wanita tersebut harus ditemani.
gadis kecil itu duduk di ujung ruangan, menunggu dan menunggu.
"apakah ia akan mengajakku bermain layangan lagi?" 
namun tak ada sosok pria itu.
ia benar-benar hilang.


dan suatu saat tak sengaja mereka bertiga bertemu.
ya, wanita itu sudah bahagia.
usahanya untuk mengenalkan wanita itu pada pria tersebut tak sia-sia.
ntah mengapa gadis kecil itu semakin merasa bahwa pria ini mulai meninggalkannya?
mengapa pria ini meninggalkannya untuk bersamanya?
bukankah gadis kecil itu yang menginginkan kebahagiaan itu ada pada wanita ini?
bukankah gadis kecil itu yang mengenalkan wanita itu pada pria yang sempat membahagiakannya?
apakah gadis kecil itu boleh marah ketika semuanya berubah menjadi seperti ini?
bukan ini yang gadis kecil itu mau.


sesak,

banyak yang gadis kecil itu pikirkan..

apakah perasaan sesak ini boleh kurasakan?

apakah perasaan sesak ini boleh kunyatakan?

ataukah aku harus kembali tersenyum demi kebahagiaan mereka?

ataukah aku harus menangis didepannya untuk sebuah keegoisan?

apakah aku sudah terlalu egois ketika lagi-lagi hidup kembali tidak adil?

apakah aku boleh mengeluh, Tuhan?

ketika lagi-lagi kebahagiaanku hilang.

karena aku tahu perlakuannya dengan ku dan dengan wanita itu berbeda,
apakah aku boleh marah?

apakah aku sungguh jahat dan egois?

jahatkah aku bila ku menginginkannya kembali?





ketika sinarku kembali redup,









apakah kau tak mau kembali menyinarinya seperti dulu?
apakah kau tak mau menjadi alasanku tersenyum lagi?
ataukah kau tak punya sebatang korek api lagi untuk menyalakan cahayanya kembali?












mengenalmu bagaikan menyembuhkan luka lama dengan goresan luka yang baru..






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kado Natal Terindah

Teruntuk aku yang masih selalu lupa bersyukur. Hari ini kado natal terbaik sudah datang. Ya,  Tentunya yang terbaik hanyalah dari Tuhan. Aku selalu mengucap " there's always to be thankful for ". Kata-kata itu selalu menjadi kekuatan, namun sering kali tak ku terapkan. Sampai akhirnya pada hari ini kalimat itu nyata adanya. There's always to be thankful for Setelah 1 bulan harus melalui masa karantina, Tuhan sudah pulihkan aku dan keluarga. Aku percaya, Tuhan sudah jamah aku dari hari pertama. Melihat beberapa kenalan tak seberuntung aku, Aku bersyukur karena Tuhan masih beri kesempatan. Tuhan bisa memulihkan aku dan keluarga seperti semula, Sempurna adanya. Aku percaya Tuhan tidak pernah memberikanku cobaan. Aku percaya segala hal negatif yang terjadi dalam diriku bukan karena-Nya. Aku percaya manusialah yang berulah, dan disitulah mukjizat-Nya baru kita pinta. Sungguh naif ya? tetapi hari ini adalah bukti nyata. bahwa sejauh apa kita melangkah, sefana apa hidup kita

Malang, 21:45

Berjalan jauh menempuh jarak dengan waktu yang terus berjalan berharap ada beban yang ku ringankan Malam ini aku berbaring dalam sofaku berwarna cokelat tua sambil memutar-mutar lagu yang mendukung perasaanku dan memejamkan mata lagi... lagi-lagi yang terlihat adalah dirimu lagi-lagi yang terlintas adalah kamu sudah sejauh ini aku pergi tak bisakah dirimu dan sisa-sisa memori ku tinggalkan sejenak? sudah sejauh ini ku tinggalkan penat ku terdiam dan ku sadar bukan begini caranya menghibur hati

WAKTU

"aku lahir di tanggal yang tepat terdahulu, aku mati kemudian." waktu bagaikan sebuah buku penjadwal, dengan segala memo-memo penting di dalamnya. tertulis dengan indah, agar tak satu pun lah yang terlewatkan. waktu memberikan ku bukti bahwa dunia hanya sementara, dan menunjukkan betapa pentingnya setiap detiknya. waktu memberikan ku bukti bahwa dunia ini harus ku cinta, dan menunjukkan apa yang pantas ku cintai. waktu menunjukkan siapa kah yang setia, siapa juga yang pergi. waktu melahirkanku sebuah cinta, dan cinta mana yang dapat ku nikmati. Namun, waktu memulai pertemuan, dan berakhir perpisahan. mengapa tanpa alasan? mengapa aku bertemu tanpa alasan dan berpisah tanpa alasan? mengapa aku mencintai dia tanpa alasan dan tak bisa berhenti mencintainya pun tanpa alasan? aku bagaikan budak waktu. mencintaimu tanpa sebuah alasan dalam sebuah ruang waktu, dan ketika ku beranjak pergi dari zona waktu itu,  kau rajut k